(0380) 881580

info@undana.ac.id

Jl. Adisucipto, Penfui

Kupang, NTT 85001

07:30 - 16:00

Senin s.d Jumat

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat

“Penyuluhan Keamanan Pangan Pada Ikan Segar dan Olahannya Bagi Ibu-Ibu Majelis Taklim di Perumahan BTN Kolhua Kota Kupang”

Dilaksanakan: Hari Sabtu, tanggal 29 Juli 2023

Tempat: Masjid Darul Hijrah Perumahan BTN Kolhua Kota Kupang

Kegiatan diawali dengan sambutan dari Ketua Majlis Ta’lim Raudhotul Muta’allimaat, Ibu Hj. Indah Srihastuti, SP. Dalam sambutannya Ketua MT menyambut baik kehadiran Tim PKM dari Fakultas Peternakan, Kelautan dan Perikanan (FPKP) Undana dan mengharapkan agar kerjasama ini dapat dilanjutkan di masa depan.

Selanjutnya pemaparan materi oleh Ketua Tim PKM FPKP Undana, Dr. Priyo Santoso, S.Pi, MP. Dalam sambutannya Dr. Priyo menyampaikan pentingnya konsumsi ikan dalam pemenuhan gizi protein bagi masyarakat, selain berpropein tinggi daging ikan juga mengandung asam lemak omega 3 dan omega 6 yang sangan baik bagi perkembangan dan maintenance otak. Namun perlu penanganan yang tepat dan cepat dalam penangannnya, karena produk ikan mudah rusak dan penting dihindari penggunaan bahan-bahan berbahaya dalam penanganan dan pengawetan ikan. Penggunaan bahan berbahaya merugikan konsumen, dan umumnya bersifat karsinogenik dalam tubuh manusia sehingga lambat laun akan menimbulkan berbagai penyakit degeneratif bagi konsumen. 

Pemaparan selanjutnya oleh Ibu Asriati Djonu, S.Pi, MP dalam pemaparannya Ibu Ay menyampaikan bahwa keamanan pangan ikan segar merujuk pada upaya untuk memastikan bahwa ikan yang dikonsumsi dalam keadaan segar aman untuk kesehatan manusia. Proses produksi, penanganan, dan distribusi ikan harus mematuhi standar keamanan pangan untuk mencegah kontaminasi dan menjaga kualitas produk agar tetap layak konsumsi. Berikut beberapa aspek penting yang terkait dengan keamanan pangan ikan segar:

  1. Penanganan dan penyimpanan yang tepat: Setelah ikan ditangkap, penting untuk segera memulai proses penanganan dan penyimpanan yang tepat untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan dekomposisi. Ikan harus disimpan pada suhu yang rendah, biasanya di bawah 4°C, untuk mengurangi risiko pertumbuhan mikroorganisme berbahaya.
  2. Pengawasan pangan: Pemerintah atau badan pengawas setempat harus memastikan bahwa ikan yang dipasarkan memenuhi standar keamanan dan kualitas tertentu. Ini termasuk pengujian untuk deteksi kontaminan seperti logam berat, racun alami, atau obat-obatan yang dapat membahayakan kesehatan manusia.
  3. Pelabelan yang jelas: Informasi yang jelas dan akurat tentang ikan, seperti nama spesies, tanggal penangkapan, tempat penangkapan, dan metode penangkapan, harus tersedia pada label produk. Ini membantu dalam pelacakan dan memastikan keberlanjutan tangkapan ikan.
  4. Pelatihan pekerja: Petugas yang terlibat dalam penanganan, pengolahan, dan distribusi ikan harus mendapatkan pelatihan yang tepat dalam hal keamanan pangan. Mereka harus tahu bagaimana cara mengenali ikan yang rusak atau tidak layak konsumsi.
  5. Pemeriksaan kualitas secara berkala: Inspeksi berkala harus dilakukan pada tempat-tempat penangkapan ikan, pabrik pengolahan, dan pasar untuk memastikan bahwa ikan segar memenuhi standar keamanan dan kualitas.
  6. Penerapan praktek sanitasi yang baik: Fasilitas pengolahan ikan harus mengikuti pedoman praktek sanitasi yang baik untuk mencegah kontaminasi silang dan menjaga kebersihan tempat produksi.
  1. Sumber ikan yang berkelanjutan: Penting untuk memastikan bahwa sumber ikan yang digunakan untuk konsumsi adalah berkelanjutan, artinya penangkapan ikan tidak merusak ekosistem laut dan tidak mengancam kelangsungan hidup spesies ikan tertentu.
  1. Informasi untuk konsumen: Konsumen harus diberi informasi yang cukup mengenai cara yang benar untuk menyimpan, mempersiapkan, dan mengonsumsi ikan segar agar risiko keracunan atau infeksi pangan dapat dihindari.

Pemaparan selanjunya oleh Ibu Dr. Yudiana Jasmanindar, S.Pi, M.Si. Dalam paparannya Dr. Diana menyampaikan prinsip-prinsip keamanan pangan yang ditetapkan oleh Codex Alimentarius Commission, komisi yang didirikan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), keamanan pangan ikan segar harus memastikan bahwa makanan tersebut aman, higienis, dan sesuai untuk dikonsumsi sesuai dengan tujuan pangan. Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut, konsumen dapat merasa lebih percaya diri dan aman saat memilih dan mengonsumsi ikan segar.

Keamanan pangan olahan ikan adalah upaya untuk memastikan bahwa produk-produk ikan yang telah diolah secara pangan atau diolah lebih lanjut tetap aman untuk dikonsumsi manusia. Produk-produk olahan ikan meliputi berbagai jenis seperti ikan kaleng, ikan asap, ikan beku, ikan kering, ikan asin, dan produk-produk olahan ikan lainnya. Berikut adalah beberapa aspek penting yang terkait dengan keamanan pangan olahan ikan:

  1. Proses pengolahan yang higienis: Selama proses pengolahan ikan, harus diterapkan praktek-praktek higienis yang ketat untuk mencegah kontaminasi bakteri, virus, atau parasit yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Peralatan dan fasilitas pengolahan juga harus dibersihkan secara rutin dan disterilkan.
  2. Pengawetan yang tepat: Banyak produk olahan ikan menggunakan metode pengawetan seperti pengasapan, pengeringan, penggaraman, atau pengalengan untuk memperpanjang umur simpan dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Metode ini harus dilakukan dengan benar dan dalam kondisi sanitasi yang baik agar produk tetap aman untuk dikonsumsi.
  3. Penerapan suhu yang tepat: Suhu adalah faktor kunci dalam menjaga keamanan pangan olahan ikan. Jika produk ikan disimpan pada suhu yang tepat (misalnya, suhu beku yang cukup rendah atau suhu panas yang cukup tinggi), pertumbuhan bakteri dan pembusukan dapat dihambat.
  4. Pengujian kualitas: Pihak produsen atau badan pengawas harus melakukan pengujian kualitas secara berkala untuk memastikan bahwa produk olahan ikan memenuhi standar keamanan dan kualitas. Pengujian ini dapat mencakup deteksi kontaminan seperti logam berat, racun alami, atau mikroorganisme berbahaya.
  1. Labeling yang jelas: Produk olahan ikan harus dilengkapi dengan label yang jelas dan akurat, mencantumkan informasi seperti tanggal produksi, tanggal kadaluarsa, instruksi penyimpanan, bahan-bahan yang digunakan, serta informasi nutrisi yang relevan.
  2. Keamanan pangan berkelanjutan: Sumber ikan untuk produk olahan harus diperoleh dari sumber yang berkelanjutan untuk mendukung keberlanjutan lingkungan dan kelestarian populasi ikan.
  3. Pengendalian alergen: Beberapa produk olahan ikan dapat menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi dan menginformasikan tentang kemungkinan adanya alergen dalam produk.
  4. Edukasi konsumen: Konsumen harus diberi informasi tentang cara yang benar untuk menyimpan, mempersiapkan, dan mengonsumsi produk olahan ikan agar risiko keracunan pangan dapat dihindari.

Selain itu, pihak berwenang dan pihak produsen harus bekerja sama untuk memastikan bahwa peraturan keamanan pangan yang berlaku diikuti dengan ketat selama proses produksi dan distribusi produk olahan ikan. Hal ini akan membantu mengurangi risiko keracunan pangan dan meningkatkan kualitas produk olahan ikan yang beredar di pasaran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *